Latihan Menulis Bersama Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi
Penelitian dan kajian orientalis[1]
adalah wujud kebencian pada Islam.[2] Dari
satu sisi penelitian orientalis berangkat dari sumber-sumber Islam sebagai
referensi hipotesa, namun di sisi lain mereka mengingkari dan meragukan
sumber-sumber yang berasal dari Islam.[3] Tidak sedikit kita temukan hipotesa yang berangkat dari metodologi rancu,[4] yang
tentunya kerancuan maupun kerapuhan metodologi ini bukanlah hal yang tidak
disengaja, melihat umumnya orientalis berangkat dari niat buruk (malintention)
untuk merobohkan pilar-pilar Islam.[5] Dalam
bukunya On Schacht’s Origins of Muhammadan Jurisprudence Musthafa
al-azami menyimpulkan bahwa kerancuan metodologi orientalis terletak pada
inkonsistensi teori dan sumber rujukan yang digunakan, bertolak dari asumsi-asumsi
yang keliru dan metodologi yang tidak ilmiyah, salah dalam menangkap dan
memahami sejumlah fakta, mengabaikan data kondisi politis dan geografis yang
dikaji, dan salah faham akan istilah-istilah yang digunakan para ulama Islam.[6] Demikian
juga Syamsuddin Arif menegaskan dalam bukunya yang berjudul Orientalis &
Diabolisme Pemikiran bahwa kajian orientalis sering kali diwarnai sikap
pura-pura tidak tahu (willful ignorance) dan sengaja memanipulasi
bukti-bukti yang ada (abuse of evidence) serta menduga-duga (conjectures).[7] Maka
sangat disayangkan bahwa, pemikiran para orientalis dengan framework paradoks dan ambivalen
seperti ini kemudian dijadikan referensi
yang sederajat dengan ulama-ulama dalam tradisi Islam oleh sarjana Muslim
beberapa universitas Barat.
[1]
Orientalis yang dimaksud disini adalah para sarjana Barat yang notabenenya
non-Muslim (Yahudi, Kristen, atau bahkan ateis) namun sibuk mengkaji Islam
beserta seluk-beluknya.
[2]
Lihat Prof. Abdul Azhim Diab, Metodologi Para Orientalis, hal. 30, karya
tulis yang disebarkan di Fakultas Syari’ah Universitas Qatar, episode 7, 1409
H/ 1983 M.
[3] Syamsuddin Arif, Orientalis &
Diabolisme Pemikiran, Gema Insani, Jakarta, 2008, hal. 42.
[4] Lihat
Hassan Abdul Rauf M. el-Badawi & Abdurrahman Ghirah, Orientalisme dan
Misionarisme Menikung Pola Pikir Umat Islam, Remaja Rosda, Bandung, 2007,
hal. 18-28.
[5]
Lihat Makalah presentasi Ali Mustafa Yaqub pada seminar internasional Perkembangan
Kajian Hadis di Dunia, di IAIN Sumatra Utara, Medan 6 Rabiul akhir 1426H /
15 Mei 2005M. diterbitkan oleh harian WASPADA, Medan, 3&10 Juni 2005. Lihat
juga Hassan Abdul Rauf M. el-Badawi & Abdurrahman Ghirah, Orientalisme
dan Misionarisme Menikung Pola Pikir Umat Islam, Remaja Rosda, Bandung,
2007, hal. 12-13.
[6] Musthafa
al-azami, On Schaht’s Origin of Muhammadan Jurisprudence, New York,
1985, cetak ulang Cambrige: Islamic Texts Society, 1994, hal. 115-153
[7] Syamsuddin
Arif, Orientalis & Diabolisme Pemikiran, hal. 41