Kamis, 02 Mei 2013

Contoh Penulisan Paragraf Ilmiyah

Latihan Menulis Bersama Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi


Penelitian dan kajian orientalis[1] adalah wujud kebencian pada Islam.[2] Dari satu sisi penelitian orientalis berangkat dari sumber-sumber Islam sebagai referensi hipotesa, namun di sisi lain mereka mengingkari dan meragukan sumber-sumber yang berasal dari Islam.[3] Tidak sedikit kita temukan hipotesa yang berangkat dari metodologi rancu,[4] yang tentunya kerancuan maupun kerapuhan metodologi ini bukanlah hal yang tidak disengaja, melihat umumnya orientalis berangkat dari niat buruk (malintention) untuk merobohkan pilar-pilar Islam.[5] Dalam bukunya On Schacht’s Origins of Muhammadan Jurisprudence Musthafa al-azami menyimpulkan bahwa kerancuan metodologi orientalis terletak pada inkonsistensi teori dan sumber rujukan yang digunakan, bertolak dari asumsi-asumsi yang keliru dan metodologi yang tidak ilmiyah, salah dalam menangkap dan memahami sejumlah fakta, mengabaikan data kondisi politis dan geografis yang dikaji, dan salah faham akan istilah-istilah yang digunakan para ulama Islam.[6] Demikian juga Syamsuddin Arif menegaskan dalam bukunya yang berjudul Orientalis & Diabolisme Pemikiran bahwa kajian orientalis sering kali diwarnai sikap pura-pura tidak tahu (willful ignorance) dan sengaja memanipulasi bukti-bukti yang ada (abuse of evidence) serta menduga-duga (conjectures).[7] Maka sangat disayangkan bahwa, pemikiran para orientalis dengan framework paradoks dan ambivalen seperti ini  kemudian dijadikan referensi yang sederajat dengan ulama-ulama dalam tradisi Islam oleh sarjana Muslim beberapa universitas Barat.


[1] Orientalis yang dimaksud disini adalah para sarjana Barat yang notabenenya non-Muslim (Yahudi, Kristen, atau bahkan ateis) namun sibuk mengkaji Islam beserta seluk-beluknya.
[2] Lihat Prof. Abdul Azhim Diab, Metodologi Para Orientalis, hal. 30, karya tulis yang disebarkan di Fakultas Syari’ah Universitas Qatar, episode 7, 1409 H/ 1983 M.
[3]  Syamsuddin Arif, Orientalis & Diabolisme Pemikiran, Gema Insani, Jakarta, 2008, hal. 42.
[4] Lihat Hassan Abdul Rauf M. el-Badawi & Abdurrahman Ghirah, Orientalisme dan Misionarisme Menikung Pola Pikir Umat Islam, Remaja Rosda, Bandung, 2007, hal. 18-28.
[5] Lihat Makalah presentasi Ali Mustafa Yaqub pada seminar internasional Perkembangan Kajian Hadis di Dunia, di IAIN Sumatra Utara, Medan 6 Rabiul akhir 1426H / 15 Mei 2005M. diterbitkan oleh harian WASPADA, Medan, 3&10 Juni 2005. Lihat juga Hassan Abdul Rauf M. el-Badawi & Abdurrahman Ghirah, Orientalisme dan Misionarisme Menikung Pola Pikir Umat Islam, Remaja Rosda, Bandung, 2007, hal. 12-13.
[6] Musthafa al-azami, On Schaht’s Origin of Muhammadan Jurisprudence, New York, 1985, cetak ulang Cambrige: Islamic Texts Society, 1994, hal. 115-153
[7] Syamsuddin Arif, Orientalis & Diabolisme Pemikiran, hal. 41

Jalaluddin Rumi, Penyair Sufi Terbesar dari Konya-Persia

          Dua orang bertengkar sengit di suatu jalan di Konya. Mereka saling memaki, “O, laknat, jika kau mengucapkan sepatah makian terh...