Validitas Teori dan kesimpulan orientalis terhadap kajian hadits
nabawi sangat mencurigakan. Hal ini terlihat dari motif kajian maupun prasangka
berlebihan yang sering kali cenderung ditujukan untuk mendiskreditkan Islam.[1] Para
orientalis tersebut bersandar pada metodologi dan interpretasi yang terkesan
aneh dan mengherankan.[2] Setidaknya
ada tiga hal yang sering dikemukakan
orientalis, yaitu tentang para perawi hadits, kepribadian nabi Muhammad SAW dan metode pengklasifikasian hadits. Ignaz Goldziher, seorang orientalis Yahudi kelahiran
Hongaria contohnya, dalam bukunya yang berjudul Muhammedanische Studien, memastikan
diri untuk mengingkari adanya pemeliharaan al-Hadits pada masa sahabat sampai
awal abad kedua hijriyah.[3] Begitu
juga dengan Joseph Schacht yang juga
sarjana barat keturunan yahudi, Schacht menyimpulkan
dan meyakinkan bahwa tidak ada satupun Hadits yang
otentik dari Nabi Muhammad, khususnya hadits-hadits yang berkaitan dengan hukum-hukum Islam.[4] Penelitian
inipun ia tuangkan dalam sebuah buku berjudul (The origins of
Muhammadan jurisprudence). Ignaz dan Schacht telah sepakat bahwa Hadits tidak memiliki
otentitas sebagai sebuah ajaran yang bersumber dari Nabi Muhammad,[5] keduanya
bahkan membuat kiat-kiat mendistorsi teks-teks sejarah, membuat teori-teori rekayasa dan
melecehkan ulama Hadits.[6] Dan
demi menyatakan bahwa apa yang disebut Hadits adalah bukan sesuatu yang otentik
dari nabi Muhammad, Schacht membuat teori tentang 'rekonstruksi' terjadinya
sanad hadits. Teori ini kemudian dikenal sebagai teori Projecting
Back (proyeksi ke belakang).[7] Contohnya:
sahabat Abu Hurairah (w. 57 H.), Imam Ibn Syihab al-Zuhri (w. 123 H.), dan Imam
Muhammad bin Ismail al-Bukhari (w. 256 H.). Kita mengenal bahwa ketiga
imam ini menempati posisi-posisi yang strategis dalam
kajian ilmu hadits. Abu Hurairah adalah shahabat yang paling banyak meriwayatkan Hadits dari Nabi Muhammad.[8] Dan
al-Zuhri disebut-sebut sebagai orang yang pertama kali membukukan hadits. Sementara al-Bukhari adalah tokoh yang menulis kitab
paling otentik sesudah al-QurĂ¢n, yaitu kitab Shahih al-Bukhari.
[1] Abdurrahman
Wahid, et al, M.M. Azami Pembela Eksistensi Hadis, editor Nurul Huda Ma’arif,
Pustaka Firdaus, Jakarta, 2002, cet. I, hal. 27-28.
[2] Hassan
Abdul Rauf M. el-Badawi & Abdurrahman Ghirah, Orientalisme dan
Misionarisme Menikung Pola Pikir Umat Islam, Remaja Rosda, Bandung, 2007,
hal. 25.
[3] MM
Azami, Hadis Nabawi dan Sejarah Kodifikasinya, alih bahasa Ali
Mustafa Yaqub, Pustaka Firdaus, Jakarta, 1994, hal. 3.
[4] Menurut Schacht, hukum Islam belum eksis pada masa al-Sya’bi
(w.110). Ini artinya, apabila ada hadis yang berkaitan dengan hukum Islam, maka
hadis-hadis itu adalah buatan orang-orang yang hidup sesudah al-Sya’bi. Lebih
lanjut ia mengatakan, bahwa hukum Islam baru dikenal sejak masa pengangkatan
para qadhi (hakim agama) pada masa dinasti Umayyah. Dan para
Khalifah dahulu tidak pernah mengangkat qadhi. The Origin of Muhammadan
Jurisprudence, Clarendon Press, Oxford, 1975, hal. 230.
[5] Ali
Mustafa Yaqub, Kritik Hadis, Pustaka Firdaus, Jakarta, 2000, cet.
III, hal. 8
[6] Semisal tuduhan Goldziher terhadap Imam Ibn Syihab
al-Zuhri (w. 123 H.). Menurut Goldziher, al-Zuhri pernah berkata, inna
haula'I al-umara akrahuna 'ala kitabah ahaditst (para penguasa itu
memaksa kami untuk menulis Hadits). kata 'ahaditst' dalam kutipan Goldizer
tidak menggunakan "al" (al-ahaditst) yang dalam bahasa Arab memiliki
makna definitif (ma'rifah), sementara dalam teks yang asli dalam
kitab Ibn Sa'ad dan Ibn 'Asakir, adalah 'al-ahaditst' yang berarti
Hadits-hadits yang telah dimaklumi secara definitif.
[7] Joseph
Scacht, An Introduction to Islamic Law, Clarendon Press, Oxford,
1964, 16-24.
[8] Banyak
buku-buku yang ditulis oleh para ulama khusus untuk membantah tudingan miring
terhadap sahabat Abu Hurairah,
diantaranya adalah al-Burhan fi Tabri’at Abi Hurairah min al-Buhtan ditulis
oleh Abdullah bin Abdul Aziz bin Ali an-Nash, Abu Hurairah fi Dha’I
Marwiyah ditulis oleh Muhammad Musthafa Azami, Abu Hurairah fi
al-Mizan ditulis oleh Muhammad Abu Shuhbah, Abu Hurairah
Riwayat al-Islam ditulis oleh Muhammad ‘Ajjaj al-Khatib,
dll.