Kamis, 02 Mei 2013

Arti Din dan Islam


إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الإِسْلاَمُ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلاَّ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ وَمَنْ يَكْفُرْ بِآَيَاتِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ (آل عمران : 19)

Makna dasar dari al-din dalam bahasa adalah balasan/imbalan[1] dan ketaatan.[2] Dinamakan din karena ia menjadi sebab adanya balasan.[3] Sedangkan Islam, makna dasarnya dalam bahasa bisa dilihat dari beberapa sudut. Pertama; sebagai ungkapan ketundukan pada Islam atau mengikut di dalamnya. Kedua: selamat atau berintegrasi dalam keselamatan. Ketiga: menurut ibn Anbari[4], Seorang muslim adalah seorang yang ikhlas menghambakan dirinya pada Allah, Maka Islam adalah mengikhlaskan din dan aqidah pada Allah ta’ala.
Sedangkan dalam pandangan syari’at, Islam adalah iman. Artinya, Islam adalah satu-satunya din yang diterima oleh Allah sebagai Sang Pencipta. Dan jika ada iman selain Islam, bisa dipastikan bahwa iman itu bukanlah iman yang diterima di sisi Allah.[5] Defenisi Islam bukanlah sesuatu yang relative yang bisa dipelintir menjadi segala bentuk ketaatan pada Tuhan, yang dengan defenisi relative tersebut segala din bisa dikatakan sebagai keselamatan di sisi Allah.[6] Seseorang dikatakan muslim berkaitan dengan apa yang ia tampakkan, begitu juga dengan iman. Dan jika seseorang mendaku sebagai penganut Islam pada lahirnya namun pada batinnya ia inkar, ia disebut sebagai munafiq.[7]


[1] Lihat: QS: Fathihah: 4, QS: al-Dzariyat: 6, QS:
[2] Lihat: QS: al-Baqarah: 193,
[3]  Lihat: QS: al-Haj: 78
[4] 
[5]  {إِنَّ الدّينَ عِندَ الله الإسلام} {وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ الإسلام دِينًا فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ} [آل عمران:85] {قَالَتِ الأعراب ءَامَنَّا قُل لَّمْ تُؤْمِنُواْ ولكن قُولُواْ أَسْلَمْنَا} [الحجرات : 14]
[6]  {وَلاَ تَنْكِحُواْ المشركات حتى يُؤْمِنَّ} [البقرة: 221] ayat ini menjelaskan adanya dinding pemisah yang absolut antara iman (ketaatan pada Allah) dan syirk (ketaatan pada selain Allah).
[7]

Jalaluddin Rumi, Penyair Sufi Terbesar dari Konya-Persia

          Dua orang bertengkar sengit di suatu jalan di Konya. Mereka saling memaki, “O, laknat, jika kau mengucapkan sepatah makian terh...