Selasa, 23 April 2013

Muhammad Iqbal, Maestro Pujangga Islam

Allamah Sir Muhammad Iqbal
Dr. Muhammad Iqbal adalah seorang di antara tokoh Islam abad 20 yang banyak memberikan sumbangan besar kepada dunia Islam dan masyarakat dunia. Tokoh yang berasal dari negara Pakistan ini, di samping dikenal sebagai pujangga Islam, juga terkenal sebagai seorang ahli fikir, ahli falsafah, ahli undang-undang, ahli kebudayaan dan ahli pendidikan yang berkaliber.

Dalam syair-syairnya atau puisinya dapat diperhatikan bahwa Iqbal tidak hanya menyuarakan rasa hatinya mengenai pembentukan Pakistan, tetapi juga tentang Hijaz, kesan-kesan kegemilangan zaman Islam di Spanyol, mengenai nasib kaum Muslimin seperti faktor-faktor yang membawa kelemahan dan kebangkitan  umat Islam, menyentuh tentang sisi positif dan negatif kebudayaan Eropa dan sebagainya.

Riwayat Hidup
Muhammad Iqbal dilahirkan di Sialkot, Wilayah Punjab (Pakistan Barat) pada 22 Februari 1873. Iqbal berasal dari keluarga Brahma Kashmir, tetapi nenek moyangnya telah memeluk Islam kira-kira tiga ratus tahun sebelum ia dilahirkan. Ayah Iqbal sendiri, Nur Muhammad adalah seorang penganut Islam yang taat dan cenderung kepada Ilmu Tasawuf (Lihat Osman Raliby, 1978:13).

Dengan adanya suasana dan asuhan Islam yang berawal dari keluarga, sedikit sebanyak telah menanamkan ruh Islam dalam jiwa Muhammad Iqbal. Ia memasuki sekolah rendah dan menengah di Sialkut. Pada masa yang sama ia mendapat pendidikan agama secara langsung dari seorang guru bernama Mir Hassan. Daripada Mr Hassan, Iqbal memahami Islam secara mendalam, sikap kritis serta bakat kepujanggaannya.

Tidak keterlaluan jika dikatakan pengaruh Mir Hassan ini sangat besar bagi Muhammad Iqbal, hal ini bisa  dilihat dari tingginya penghargaan Iqbal pada Mir Hasan sebagaimana tampak pada salah satu syairnya; 

Cahayanya dari keluarga Ali yang penuh berkah Pintu gerbang dibersihkan sentiasa, bagiku bagaikan Kaabah Nafasnya menumbuhkan tunas keinginanku Penuh ghairah hingga menjadi kuntum bunga yang merekah indah Daya kritis tumbuh dalam diriku oleh cahayanya yang ramah. (Lihat; Dr. H. H. Bilgrami; 1979:16).
Pada tahun 1895, Iqbal melanjutkan studi di Government College Lahore. Di sini, Iqbal menguasai bahasa Arab, Inggris, Parsi dan Urdu. Selama berada di Lahore, Iqbal banyak menulis sajak untuk melengkapi kumpulan kesusasteraan dan sasterawan terkenal di sana. Dimasa yang sama, Iqbal juga berguru pada Profesor Sir Thomas Arnold (penulis buku The Preaching of Islam).

Dengan gagasan ilmu dan kebudayaan Islam yang didapat dari Mir Hassan dan cara Thomas Arnold menyampaikan pengetahuan Islam, menimbulkan dua pengaruh dalam diri Iqbal, yaitu; menghayati nilai suci Islam dan menghargai nilai-nilai yang baik yang berasal dari Barat.

Setelah memperoleh Ijazah Sarjana Muda, Iqbal memperolehi Ijazah M.A dan Doktoral dalam bidang falsafah dengan disertasi berjudul The Development of Metaphysics in Persia (Jerman). Iqbal kemudian menjadi guru bersar falsafah dan kesusasteraan di Government College, Lahore.

Semasa menetap di Eropa, pemikiran Iqbal tidak beku, sebaliknya dengan halus ia memperhatikan perkembangan peradaban Barat. Menurut pengamatannya,  Barat lebih mementingkan materi dari pada spiritual. Mengagungkan materialisme, imperialisme, dan nasionalisme yang sempit dan tidak memperdulikan nilai moral, budi pekerti/akhlak. Iqbal mengingatkan bahwa kehidupan masyarakat yang sedemikian rupa akan musnah dan binasa seperti yang tampak dalam sajaknya;
Saat tersingkap rahasia telah datang Sang kekasih kan dipandang semua orang Rahasia yang tersembunyi dalam kesunyian Akan menjadi kenyataan. Wahai penduduk benua Barat, Bumi Tuhan bukanlah kedai Apa yang kalian anggap berharga, Akan terbukti tak bernilai Peradaban kalian akan bunuh diri Dengan senjatanya sendiri, Sarang yang dibangunkan di atas kerapuhan dahan Pasti tak akan lama bertahan.(Lihat Dr.H.H.Bilgrami; 1979:18)
Politik
Pada tahun 1927, Iqbal terjun dalam dunia politik dan dipilih sebagai perwakilan Dewan Punjab selama tiga tahun. Pada tahun 1930, saat menjabat sebagai presiden Sidang Tahunan Liga Muslim yang berlangsung di Allahabad, Iqbal menyampaikan gagasan pembentukan sebuah negara Islam Pakistan. Gagasan tersebut ia sampaikan berdasarkan dan demi kesejahteraan umat Islam yang populasinya jauh lebih kecil dibandingkan umat Hindu.

Berangkat dari gagasan tersebut, dikemudian hari Iqbal dianggap sebagai ‘Bapak Pakistan’. (Negara Pakistan  berdiri pada tahun 1947).

Puisi
Dalam hal puisi, Iqbal memiliki identitas dan karakter tersendiri. Pemikirannya terpancar dalam kata-kata yang bernafaskan Islam dengan pengolahan bahasa yang indah. Diantara karya besarnya adalah; Asrari Khudi (Rahsia-Rahsia Peribadi), terbit pada tahun 1915, diikuti dengan Rumuz bi Khudi (Rahasia tidak Mementingkan Diri Sendiri), pada tahun 1917, Fayami Mashriq (Pesan Untuk Timur), Tulu'ul Islam (Munculnya Islam), Reconstruction of Religious Thought in Islam (Membina Kembali Cita-Cita Keagamaan Dalam Islam) dan The Reconstruction of Muslim Jurisprudence.

Iqbal meninggal pada 21 April 1938 pada usia 65 tahun. Sebelum wafatnya, ia menyampaikan sebuah syair;
Melodi selamat tinggal akan menggema atau tidak Nafiri akan berbunyi dari Hijaz atau tidak, Hari fakir ini telah sampai pada batanya Pujangga yang lain akan datang atau tidak.(Lihat Bahrum Rangkuti dan Arif Husain, 1953;75).

Berikut beberapa contoh karya puisi Muhammad Iqbal;
"Kalian tertinggal di belakang sebab kalian berhenti mengambil inspirasi dari kitab yang menuntun kalian. Kalian telah mempersempit kawasan kalian tentang ilmu pengetahuan dan kalian pun menjadi tidak berkemampuan memahami kitab hikmat itu. Kalian harus menutup mata terhadap perjalanan sejarah bangsa, awal dan akhir mereka. Dan sejarah bangsa-bangsa itu berulang dalam diri kalian. Akan tetapi kalian tidak perlu berkecil hati. Tumbuhkanlah peribadi dalam diri kalian, hingga khudi itu sesuai dengan nilai-nilai yang dituntut oleh kitab cahaya dan segera kalian akan kembali mengemudikan urusan kalian". (Lihat Dr.H.H.Bilgrami; 1979:89)

"Cordoba":Dengan sinar cinta, Cinta asal kehidupan dan haram baginya kematian Cinta menyingkirkan banjir datang melanda, Sebab cinta itu ialah air pasang mengalun Rundukkan taufan dan badai Di lambaran peninggalan cinta jauh dari jam mengalir kini Berdirilah abad yang lain, abad belum bernama Cinta nafas Jibril, cinta kalam tuhan Oleh kemilau cinta marak menyala tanah lempung ini Cinta anggur hampir matang Cinta piala bagi orang budiman Cinta hamba beribadat, cinta penglima pasukan Cinta Ibnus-Sabil Cinta tiada terkira tempatnya singgah Cinta jari pemetik lagu kehidupan Kau masjid Cordoba menjelma oleh sinar cinta Berpantang mati dalam seluruh hidupmu Ajaib bagai dulu dan kini. (Lihat Haji Abdul Aziz Juned; 1971:93-94)
Titik yang bercahaya yang namanya ialah diri Adalah bunga api hidup di bawah debu kita Dengan cinta, ia jadi berkekalan Lebih cergas, lebih membakar, lebih bersinar Dari cinta bermula kegemilangan wujudnya, Dan pembangunan kemungkinannya yang tidak diketahui Keadaannya mengumpul api dari cinta Cinta mengarahnya menyinari dunia Cinta tidak takut pedang atau keris Cinta bukan dilahirkan dari air dan udara dan tanah Cinta mengadakan damai dan perang dalam dunia Cinta ialah pancaran hidup Cinta ialah pedang mati yang berkilauan Batu yang paling keras retak oleh pandangan cinta Cinta Allah akhirnya menjadi seluruhnya Allah Dalam hati manusia bertempatnya Muhamamd Tanah Madinah lebih manis dari kedua-dua alam Oh gembiralah kota di mana tinggalnya yang dicinta (Lihat Abdul Majid Haji Khatib, 1975:25-26)

Referensi
  • Dr.Muhammad Iqbal, Pembangunan Kembali Alam Pemikiran Islam, Terj: Osman Raliby, Jakarta:Bulan Bintang,1978.
  • Dr. Muhammad Iqbal. Asrari Khudi (Rahasia-Rahasia Pribadi), Terj: Abdul Majid Haji Khatib, Kelantan: Pustaka Aman Press,1975
  • Dr.H.H.Bilgrami, Iqbal: Tentang Hidup dan Fikiran-Fikirannya: Johan Efendi, Jakarta, Bulan Bintang, 1979 
  • Thomas W.Arnold, Sejarah Dakwah Islam, Terj: Drs.H.A.Nawawi Rambe, Jakarta: Widjaya,1977
  • Haji Abdul Aziz Juned, "Pujangga Muhammad Iqbal: dlm. Puisi Hidayat, Brunei: Jabatan Hal Ehwal Ugama, 1971.
  • Sayyid Abu Hassan Al-Nadawi, Rawa'ie Iqbal (Keindahan Iqbal), Kuwait: Dar al-Qalam,1978
  • Bahrum Rangkuti & Arif Husain, Asrari Khudi (Rahasia-Rahasia Peribadi), Jakarta: Pustaka Islam,1953
  • Drs. H.A. Hafizah Dasuki, M.A., Ensklopedia Islam. Jilid 2, F-K, Kuala Lumpur : Dewan Bahasa dan pustaka, 2004.



Jalaluddin Rumi, Penyair Sufi Terbesar dari Konya-Persia

          Dua orang bertengkar sengit di suatu jalan di Konya. Mereka saling memaki, “O, laknat, jika kau mengucapkan sepatah makian terh...