Minggu, 28 April 2013

Konsep Zikir/Kesadaran

Zikir Menghidupkan cahaya batin
Zikir artinya sadar atau ingat. Zikrullah maknanya zikir atau ingat kepada Allah dengan sadar serta mengucapkan kata-kata yang menuju kepada-Nya. Maka zikir dalam arti sempit seringkali diterjemahkan dengan subhanallah, alhamdulilah, la ilaahaillallah, allahu akbar, dan sebagainya.

Dalam arti luas, zikir adalah sebuah kesadaran akan peran seseorang di muka bumi. Zikir atau ingat kepada Allah diejawantahkan dalam kehidupan keseharian. Zikirnya tidak saja hablum minallah, tapi juga hablum minannas. Kesadaran diri inilah yang patut dimiliki oleh seseorang muslim yang ingin bangkit dari keterpurukan, terutama keterpurukan moral. Ia mesti sadar diri, sadar akan lingkungannya dan bisa menjalin hubungan dengan sesame melalui silaturahami.

1. Sadar Diri
Pertama seorang muslim pertama kali harus sadar atau mengenal dirinya terlebih dulu. Kenal atau sadar diri akan membuat kita selalu bersyukur. Bahwa diantara kita masih ada yang lebih sengsara. Kita memposisikan diri kita diantara nasib sekian ribu atau miliar orang. Ternyata tidak semua orang dapat menikmati kehidupan seindah kita. Apa yang kita dapat selama ini merupakan anugerah yang tiada taranya. Demikianlah, dengan mengenal diri seorang muslim akan selalu mudah bersyukur.

2. Sadar Fasilitas
Kedua adalah sadar atau kenal lingkungan. Lingkungan disekitar kita pada hakikatnya adalah fasilitas yang diberikan Allah kepada kita. Seperti kita mempunyai sebuah mobil, pasti kita akan tergerak untuk mempelajarinya. Ada stir, ada ban, ada mesin, ada dashboard dan sebagainya. Kita akan tergerak untuk mengetahui barang-barang apa saja yang ada di mobil itu. Kalau sewaktu-waktu bermasalah tentu dengan mudah kita dapat memperbaikinya. Sebab, mobil tersebut akan menyertai kemana saja kita pergi. Demikian pula dengan lingkungan kita. Pengenalan lingkungan adalah dengan cara belajar. Apa yang ada di sekelilingnya dipelajari. Seperti mempelajari bagian-bagian mobil, kita pelajari elemen-elemen di sekitar kita, termasuk manusiannya. Misalnya lingkungan di kantor, kita mempelajari satu per satu sifat, karakter, dan perilaku orang-orang yang di sekitar kita karena kita hidup bersama mereka. Atau suatu ketika ada masalah dengan salah satu di antara mereka kita sudah tahu harus bagaimana cara membetulkannya. Jadi, kelan lingkungan adalah mempelajari aspek detail dari lingkungan tersebut, baik fisik maupun nonfisik.

3. Sadar Peran Diri
Ketiga adalah sadar peran diri. Kalau pada tahap kedua kita hanya mengenal lingkungan saja, tahap ketiga ini mulai melakukan interaksi. Sebelum berinteraksi, kita hendaknya mengenal di manakah posisi kita di antara orang-orang di sekitar kita. Kenali peran diri kita, lakukan dengan cara berkawan dengan baik. Ibaratnya, dalam menggunakan mesin kita mulai dengan memencet-mencet tombol dan menguji keahlian kita menggunakan alat tersebut. Jadi, potensi yang ada dalam diri kita dipertemukan dengan potensi lingkungan. Apa yang bisa kita berikan buat saudar atau kawan kita, marilah kita berikan sebaik-baiknya. Keahlian, kemampuan, dan potensi diri sedapat mungkin dikontribusikan untuk lingkungan kita.

4. Sadar Peran Orang Lain
Keempat adalah kenal peran orang lain. Di sinilah kita dapat saling berperan. Berbeda dengan interaksi manusia dengan alat yang hanya satu arah, maka interaksi antarmanusia bersifat dua arah atau bahkan multiarah. Satu sama lain saling mengisi kekurangan yang ada. Sendirian seseorang tidak akan mampu mendorong menghidupkan mobil yang mogok. Masin-masing orang harus memahami, menyadari dan memainkan perannya masing-masing. Tuhan menciptakan segala sesuatunya sesuai dengan potensinya. Demikian pula manusia, pasti ada bakat khusus yang dimiliki masing-masing orang dalam menjalankan perannya.

5. Silaturahmi
Terakhir adalah bersilaturahmi. Yaitu merajut benang potensi satu sama lain dan memperkukuhnya. Kalau pada kenal peran orang lain kita hanya saling mengisi, fase silaturahmi sudah menjalin suatu kerja sama yang erat. Kerja sama inilah yang akan menghasilkan sebuah karya yang bermanfaat bagi umat. Sekelompok orang yang sudah dapat menjalin interaksi social yang kuat satu sama lain akan menghasilkan masyarakat yang kuat. Bagi seorang muslim, inilah yang menjadi motivasi bagi dirinya dalam membangun masyarakatnya.

Dengan menjalani peran seperti ini maka seorang muslim akan terus termotivasi, bersemangat dan bergairah dalam hidup. Kemampuan berpikir dan berzikir ia padukan dan sinergikan. Bagaimana tidak, ia telah mengenal dan menggali potensi yang ada dalam dirinya. Ia akan terus berkarya sehingga memberikan manfaat bagi orang lain, sebagaimana lebah terus membuat madu agar dapat dimanfaatkan manusia. Baginya, dunia yang dihadapi bukanlah dunia yang keras dan cadas. Bukan dunia yang sakit dan penuh kegelapan. Dunia yang mereka hadapi adalah keindahan. Hidup ini adalah anugerah Tuhan yang indah. Maka akan tercetus suatu ungkapan tentang kehidupan dari mulutnya,
Life is a challenge, meet it.
Life is a song, sing it. Life is a dream, realize it. Life is a game, play it. Life is love, enjoy it. 

Jalaluddin Rumi, Penyair Sufi Terbesar dari Konya-Persia

          Dua orang bertengkar sengit di suatu jalan di Konya. Mereka saling memaki, “O, laknat, jika kau mengucapkan sepatah makian terh...