Zikir Menghidupkan cahaya batin |
Dalam arti luas, zikir adalah sebuah
kesadaran akan peran seseorang di muka bumi. Zikir atau ingat kepada Allah
diejawantahkan dalam kehidupan keseharian. Zikirnya tidak saja hablum
minallah, tapi juga hablum minannas. Kesadaran diri inilah yang
patut dimiliki oleh seseorang muslim yang ingin bangkit dari keterpurukan,
terutama keterpurukan moral. Ia mesti sadar diri, sadar akan lingkungannya dan
bisa menjalin hubungan dengan sesame melalui silaturahami.
1. Sadar Diri
Pertama seorang muslim pertama kali
harus sadar atau mengenal dirinya terlebih dulu. Kenal atau sadar diri akan
membuat kita selalu bersyukur. Bahwa diantara kita masih ada yang lebih
sengsara. Kita memposisikan diri kita diantara nasib sekian ribu atau miliar
orang. Ternyata tidak semua orang dapat menikmati kehidupan seindah kita. Apa
yang kita dapat selama ini merupakan anugerah yang tiada taranya. Demikianlah,
dengan mengenal diri seorang muslim akan selalu mudah bersyukur.
2. Sadar Fasilitas
Kedua adalah sadar atau kenal
lingkungan. Lingkungan disekitar kita pada hakikatnya adalah fasilitas yang
diberikan Allah kepada kita. Seperti kita mempunyai sebuah mobil, pasti kita
akan tergerak untuk mempelajarinya. Ada stir, ada ban, ada mesin, ada dashboard
dan sebagainya. Kita akan tergerak untuk mengetahui barang-barang apa saja yang
ada di mobil itu. Kalau sewaktu-waktu bermasalah tentu dengan mudah kita dapat
memperbaikinya. Sebab, mobil tersebut akan menyertai kemana saja kita pergi.
Demikian pula dengan lingkungan kita. Pengenalan lingkungan adalah dengan cara
belajar. Apa yang ada di sekelilingnya dipelajari. Seperti mempelajari
bagian-bagian mobil, kita pelajari elemen-elemen di sekitar kita, termasuk
manusiannya. Misalnya lingkungan di kantor, kita mempelajari satu per satu
sifat, karakter, dan perilaku orang-orang yang di sekitar kita karena kita
hidup bersama mereka. Atau suatu ketika ada masalah dengan salah satu di antara
mereka kita sudah tahu harus bagaimana cara membetulkannya. Jadi, kelan
lingkungan adalah mempelajari aspek detail dari lingkungan tersebut, baik fisik
maupun nonfisik.
3. Sadar Peran Diri
Ketiga adalah sadar peran diri. Kalau
pada tahap kedua kita hanya mengenal lingkungan saja, tahap ketiga ini mulai
melakukan interaksi. Sebelum berinteraksi, kita hendaknya mengenal di manakah
posisi kita di antara orang-orang di sekitar kita. Kenali peran diri kita,
lakukan dengan cara berkawan dengan baik. Ibaratnya, dalam menggunakan mesin
kita mulai dengan memencet-mencet tombol dan menguji keahlian kita menggunakan
alat tersebut. Jadi, potensi yang ada dalam diri kita dipertemukan dengan
potensi lingkungan. Apa yang bisa kita berikan buat saudar atau kawan kita,
marilah kita berikan sebaik-baiknya. Keahlian, kemampuan, dan potensi diri
sedapat mungkin dikontribusikan untuk lingkungan kita.
4.
Sadar Peran Orang Lain
Keempat adalah kenal peran orang lain.
Di sinilah kita dapat saling berperan. Berbeda dengan interaksi manusia dengan
alat yang hanya satu arah, maka interaksi antarmanusia bersifat dua arah atau
bahkan multiarah. Satu sama lain saling mengisi kekurangan yang ada. Sendirian
seseorang tidak akan mampu mendorong menghidupkan mobil yang mogok.
Masin-masing orang harus memahami, menyadari dan memainkan perannya masing-masing.
Tuhan menciptakan segala sesuatunya sesuai dengan potensinya. Demikian pula
manusia, pasti ada bakat khusus yang dimiliki masing-masing orang dalam
menjalankan perannya.
5.
Silaturahmi
Terakhir adalah bersilaturahmi. Yaitu
merajut benang potensi satu sama lain dan memperkukuhnya. Kalau pada kenal
peran orang lain kita hanya saling mengisi, fase silaturahmi sudah menjalin
suatu kerja sama yang erat. Kerja sama inilah yang akan menghasilkan sebuah
karya yang bermanfaat bagi umat. Sekelompok orang yang sudah dapat menjalin
interaksi social yang kuat satu sama lain akan menghasilkan masyarakat yang
kuat. Bagi seorang muslim, inilah yang menjadi motivasi bagi dirinya dalam
membangun masyarakatnya.
Dengan menjalani peran seperti ini maka
seorang muslim akan terus termotivasi, bersemangat dan bergairah dalam hidup.
Kemampuan berpikir dan berzikir ia padukan dan sinergikan. Bagaimana tidak, ia
telah mengenal dan menggali potensi yang ada dalam dirinya. Ia akan terus
berkarya sehingga memberikan manfaat bagi orang lain, sebagaimana lebah terus
membuat madu agar dapat dimanfaatkan manusia. Baginya, dunia yang dihadapi
bukanlah dunia yang keras dan cadas. Bukan dunia yang sakit dan penuh
kegelapan. Dunia yang mereka hadapi adalah keindahan. Hidup ini adalah anugerah
Tuhan yang indah. Maka akan tercetus suatu ungkapan tentang kehidupan dari
mulutnya,
Life is a challenge, meet it.
Life is a song, sing it. Life is a dream, realize it. Life is a game, play it. Life is love, enjoy it.