Allah swt. memerintahkan
kaum Muslimin untuk selalu menuntut ilmu, demikian pula dengan Rasulullah saw.
yang menganjurkan para pengikutnya untuk menuntut ilmu walau sampai ke negeri
Cina. Hal inilah yang melandasi Institut Studi Islam Darussalam pada khususnya,
dan dunia Islam pada umumnya untuk memberikan perhatian yang besar pada bidang
keilmuan dan pengajaran. Namun demikian, sejak permulaan abad kesembilan belas,
universitas-universitas di dunia Islam mulai mengalihkan perhatian mereka ke
Barat dan berusaha mentransfer ilmu pengetahuan modern dari mereka. Kita, dalam
masa yang cukup lama, seakan menjadi tamu di perjamuan pendidikan dan riset Barat.
Bahkan sampai saat ini Barat masih membuktikan diri sebagai yang terbaik dalam
bidang ini.
Pada
akhir-akhir ini, universitas-universitas yang didirikan di Timur telah mencapai
kemajuan yang cukup pesat sehingga dapat memajukan negaranya dalam berbagai
bidang ilmu pengetahuan. Lembaga-lembaga pendidikan dan Universitas-universitas
Islam dalam sejarahnya memiliki peran sentral dalam membangun peradaban dan
berdialog dengan peradaban lain. Dari aktifitas sederhana memahami (tafaqquh)
wahyu al-Qur’an di lembaga al-Suffah di Madinah Islam berkembang menjadi
peradaban besar yang memberi rahmat bagi peradaban dunia. Tidak berlebihan jika
George F Kneller menyatakan bahwa “Bala tentara Islam…tidak berbekalkan
apa-apa secara kultural selain dari Kitab Suci dan Sunnah Nabi. Tapi karena
inner-dynamic-nya, maka ajaran Islam itu telah menjadi landasan pandangan hidup
yang dinamis yang kelak…memberi manfaat untuk seluruh umat manusia.” George
F Kneller, Science as a Human Endeavor, New York: Columbia University Press,
1978, hal. 3-4).
Dibalik
pernyataan itu sejatinya terdapat fakta-fakta sejarah bahwa peradaban
Islam berkembang diiringi oleh aktifitas
keilmuan. Masjid-masjid di zaman dinasti Umayyah, Madrasah Nizamiyah di
Baghdad, Zaitunah di Tunis, Qarawiyun di Maroko, al-Azhar di Mesir merupakan
contoh yang hidup yang diantaranya masih terus memberi kontribusi terhadap
pembangunan peradaban. Meski peran yang dimainkan lembaga-lembaga pendidikan
dan unviersitas Islam tersebut berbeda antara satu dengan lainnya, namun semua
berorientasi sama yaitu membangun peradaban Islam dan menjadi rahmat bagi alam
semesta.
Kini
universitas dan lembaga pendidikan Islam menghadapi tantangan internal dan
eksternal yang tidak ringan. Secara internal, universitas dan lembaga
pendidikan Islam menghadapi problem penurunan kualitas keilmuan dan kekurangan
innovasi sains dan teknologi, inefisiensi manajemen dan kelembagaan, kelemahan
mekanisme penyebaran ilmu pengetahuan yang kesemuanya mengakibatkan lemahnya
peran alumninya dalam mengembangkan potensi umat Islam. Secara eksternal universitas
dan lembaga pendidikan Islam menghadapi tantangan dan tuntutan yang diakibatkan
oleh arus globalisasi yang membawa serta paham-paham yang justru melemahkan
atau bahkan menghilangkan identitas, visi dan misi universitas dan
lembaga-lembaga pendidikan Islam. Paham-paham seperti materialism, sekularisme,
liberalism, dekonstruksionisme, relativisme dan lain sebagainya mulai memasuki
wacana studi Islam.
Untuk
menghadapi tantangan internal dan eksternal, kerjasama di antara lembaga
pendidikan dan universitas Islam dalam berbagai bidang studi harus dikembangkan
dan diperkuat. Serta reorientasi dan revitalisasi Universtias Islam dengan
penekanan khusus pada peningkatan kerjasama demi membangun tradisi keilmuan
dalam Islam dikalangan universitas Islam sangat diperlukan.