Allamah Sir Muhammad Iqbal |
Dalam syair-syairnya atau puisinya dapat diperhatikan bahwa Iqbal
tidak hanya menyuarakan rasa hatinya mengenai pembentukan Pakistan, tetapi juga
tentang Hijaz, kesan-kesan kegemilangan zaman Islam di Spanyol, mengenai nasib
kaum Muslimin seperti faktor-faktor yang membawa kelemahan dan kebangkitan
umat Islam, menyentuh tentang sisi positif dan negatif kebudayaan Eropa
dan sebagainya.
Riwayat Hidup
Muhammad Iqbal dilahirkan di Sialkot, Wilayah Punjab (Pakistan
Barat) pada 22 Februari 1873. Iqbal berasal dari keluarga Brahma Kashmir,
tetapi nenek moyangnya telah memeluk Islam kira-kira tiga ratus tahun sebelum
ia dilahirkan. Ayah Iqbal sendiri, Nur Muhammad adalah seorang penganut Islam
yang taat dan cenderung kepada Ilmu Tasawuf (Lihat Osman Raliby, 1978:13).
Dengan adanya suasana dan asuhan Islam yang berawal dari keluarga,
sedikit sebanyak telah menanamkan ruh Islam dalam jiwa Muhammad Iqbal. Ia
memasuki sekolah rendah dan menengah di Sialkut. Pada masa yang sama ia
mendapat pendidikan agama secara langsung dari seorang guru bernama Mir Hassan.
Daripada Mr Hassan, Iqbal memahami Islam secara mendalam, sikap kritis serta
bakat kepujanggaannya.
Tidak keterlaluan jika dikatakan pengaruh Mir Hassan ini sangat
besar bagi Muhammad Iqbal, hal ini bisa dilihat dari tingginya
penghargaan Iqbal pada Mir Hasan sebagaimana tampak pada salah satu
syairnya;
Cahayanya dari keluarga Ali yang penuh berkah Pintu gerbang dibersihkan sentiasa, bagiku bagaikan Kaabah Nafasnya menumbuhkan tunas keinginanku Penuh ghairah hingga menjadi kuntum bunga yang merekah indah Daya kritis tumbuh dalam diriku oleh cahayanya yang ramah. (Lihat; Dr. H. H. Bilgrami; 1979:16).
Pada tahun 1895, Iqbal melanjutkan studi di Government College
Lahore. Di sini, Iqbal menguasai bahasa Arab, Inggris, Parsi dan Urdu. Selama
berada di Lahore, Iqbal banyak menulis sajak untuk melengkapi kumpulan
kesusasteraan dan sasterawan terkenal di sana. Dimasa yang sama, Iqbal
juga berguru pada Profesor Sir Thomas Arnold (penulis buku The
Preaching of Islam).
Dengan gagasan ilmu dan kebudayaan Islam yang didapat dari Mir
Hassan dan cara Thomas Arnold menyampaikan pengetahuan Islam, menimbulkan dua
pengaruh dalam diri Iqbal, yaitu; menghayati nilai suci Islam dan
menghargai nilai-nilai yang baik yang berasal dari Barat.
Setelah memperoleh Ijazah Sarjana Muda, Iqbal memperolehi Ijazah
M.A dan Doktoral dalam bidang falsafah dengan disertasi berjudul The
Development of Metaphysics in Persia (Jerman). Iqbal kemudian
menjadi guru bersar falsafah dan kesusasteraan di Government College, Lahore.
Semasa menetap di Eropa, pemikiran Iqbal tidak beku, sebaliknya
dengan halus ia memperhatikan perkembangan peradaban Barat. Menurut
pengamatannya, Barat lebih mementingkan materi dari pada spiritual.
Mengagungkan materialisme, imperialisme, dan nasionalisme yang sempit dan tidak
memperdulikan nilai moral, budi pekerti/akhlak. Iqbal mengingatkan bahwa
kehidupan masyarakat yang sedemikian rupa akan musnah dan binasa seperti yang
tampak dalam sajaknya;
Saat tersingkap rahasia telah datang Sang kekasih kan dipandang semua orang Rahasia yang tersembunyi dalam kesunyian Akan menjadi kenyataan. Wahai penduduk benua Barat, Bumi Tuhan bukanlah kedai Apa yang kalian anggap berharga, Akan terbukti tak bernilai Peradaban kalian akan bunuh diri Dengan senjatanya sendiri, Sarang yang dibangunkan di atas kerapuhan dahan Pasti tak akan lama bertahan.(Lihat Dr.H.H.Bilgrami; 1979:18)
Politik
Pada tahun 1927, Iqbal terjun dalam dunia politik dan dipilih
sebagai perwakilan Dewan Punjab selama tiga tahun. Pada tahun 1930, saat
menjabat sebagai presiden Sidang Tahunan Liga Muslim yang
berlangsung di Allahabad, Iqbal menyampaikan gagasan pembentukan sebuah
negara Islam Pakistan. Gagasan tersebut ia sampaikan berdasarkan dan demi
kesejahteraan umat Islam yang populasinya jauh lebih kecil dibandingkan umat
Hindu.
Berangkat dari gagasan tersebut, dikemudian hari Iqbal dianggap
sebagai ‘Bapak Pakistan’. (Negara Pakistan berdiri
pada tahun 1947).
Puisi
Dalam hal puisi, Iqbal memiliki identitas dan karakter tersendiri.
Pemikirannya terpancar dalam kata-kata yang bernafaskan Islam dengan pengolahan
bahasa yang indah. Diantara karya besarnya adalah; Asrari Khudi (Rahsia-Rahsia
Peribadi), terbit pada tahun 1915, diikuti dengan Rumuz bi Khudi (Rahasia
tidak Mementingkan Diri Sendiri), pada tahun 1917, Fayami Mashriq (Pesan
Untuk Timur), Tulu'ul Islam (Munculnya Islam), Reconstruction
of Religious Thought in Islam (Membina Kembali Cita-Cita Keagamaan
Dalam Islam) dan The Reconstruction of Muslim Jurisprudence.
Iqbal meninggal pada 21 April 1938 pada usia 65 tahun. Sebelum
wafatnya, ia menyampaikan sebuah syair;
Melodi selamat tinggal akan menggema atau tidak Nafiri akan berbunyi dari Hijaz atau tidak, Hari fakir ini telah sampai pada batanya Pujangga yang lain akan datang atau tidak.(Lihat Bahrum Rangkuti dan Arif Husain, 1953;75).
Berikut beberapa contoh
karya puisi Muhammad Iqbal;
"Kalian tertinggal di belakang sebab kalian berhenti mengambil inspirasi dari kitab yang menuntun kalian. Kalian telah mempersempit kawasan kalian tentang ilmu pengetahuan dan kalian pun menjadi tidak berkemampuan memahami kitab hikmat itu. Kalian harus menutup mata terhadap perjalanan sejarah bangsa, awal dan akhir mereka. Dan sejarah bangsa-bangsa itu berulang dalam diri kalian. Akan tetapi kalian tidak perlu berkecil hati. Tumbuhkanlah peribadi dalam diri kalian, hingga khudi itu sesuai dengan nilai-nilai yang dituntut oleh kitab cahaya dan segera kalian akan kembali mengemudikan urusan kalian". (Lihat Dr.H.H.Bilgrami; 1979:89)
"Cordoba":Dengan sinar cinta, Cinta asal kehidupan dan haram baginya kematian Cinta menyingkirkan banjir datang melanda, Sebab cinta itu ialah air pasang mengalun Rundukkan taufan dan badai Di lambaran peninggalan cinta jauh dari jam mengalir kini Berdirilah abad yang lain, abad belum bernama Cinta nafas Jibril, cinta kalam tuhan Oleh kemilau cinta marak menyala tanah lempung ini Cinta anggur hampir matang Cinta piala bagi orang budiman Cinta hamba beribadat, cinta penglima pasukan Cinta Ibnus-Sabil Cinta tiada terkira tempatnya singgah Cinta jari pemetik lagu kehidupan Kau masjid Cordoba menjelma oleh sinar cinta Berpantang mati dalam seluruh hidupmu Ajaib bagai dulu dan kini. (Lihat Haji Abdul Aziz Juned; 1971:93-94)
Titik yang bercahaya yang namanya ialah diri Adalah bunga api hidup di bawah debu kita Dengan cinta, ia jadi berkekalan Lebih cergas, lebih membakar, lebih bersinar Dari cinta bermula kegemilangan wujudnya, Dan pembangunan kemungkinannya yang tidak diketahui Keadaannya mengumpul api dari cinta Cinta mengarahnya menyinari dunia Cinta tidak takut pedang atau keris Cinta bukan dilahirkan dari air dan udara dan tanah Cinta mengadakan damai dan perang dalam dunia Cinta ialah pancaran hidup Cinta ialah pedang mati yang berkilauan Batu yang paling keras retak oleh pandangan cinta Cinta Allah akhirnya menjadi seluruhnya Allah Dalam hati manusia bertempatnya Muhamamd Tanah Madinah lebih manis dari kedua-dua alam Oh gembiralah kota di mana tinggalnya yang dicinta (Lihat Abdul Majid Haji Khatib, 1975:25-26)
Referensi
- Dr.Muhammad
Iqbal, Pembangunan Kembali Alam Pemikiran Islam, Terj:
Osman Raliby, Jakarta:Bulan Bintang,1978.
- Dr. Muhammad
Iqbal. Asrari Khudi (Rahasia-Rahasia Pribadi), Terj:
Abdul Majid Haji Khatib, Kelantan: Pustaka Aman Press,1975
- Dr.H.H.Bilgrami, Iqbal:
Tentang Hidup dan Fikiran-Fikirannya: Johan Efendi, Jakarta, Bulan
Bintang, 1979
- Thomas W.Arnold, Sejarah
Dakwah Islam, Terj: Drs.H.A.Nawawi Rambe, Jakarta: Widjaya,1977
- Haji Abdul Aziz
Juned, "Pujangga Muhammad Iqbal: dlm. Puisi Hidayat,
Brunei: Jabatan Hal Ehwal Ugama, 1971.
- Sayyid Abu
Hassan Al-Nadawi, Rawa'ie Iqbal (Keindahan Iqbal),
Kuwait: Dar al-Qalam,1978
- Bahrum Rangkuti
& Arif Husain, Asrari Khudi (Rahasia-Rahasia
Peribadi), Jakarta: Pustaka Islam,1953
- Drs. H.A.
Hafizah Dasuki, M.A., Ensklopedia Islam. Jilid 2, F-K, Kuala
Lumpur : Dewan Bahasa dan pustaka, 2004.