Tokoh
yang dalam bahasa Latin sering disebut dengan Averroes ini bernama lengkap
Muhammad Ibn Ahmad Ibn Muhammad Ibn Ahmad Ibn Ahmad Ibn Rusyd.[1]
Ia berasal dari keluarga terpelajar dan terpandang di kota Cordova, serta
mempunyai akses yang penting pada dunia hokum dan politik.[2]
Karena mempunyai kesamaan dengan kakeknya dengan kunyah Abu Walid, maka tokoh
ini disebut dengan julukan Ibn Rusyd Al-Hafid atau sang cucu, sementara
kakeknya dijuluki Ibn Rusyd al-Jadd.
Ia
lahir di Cordova Andalusia, pada tahun 1126 M (520 H), atau sekitar 15 tahun
setelah meninggalnya Hujjatul Islam Abu Hamid Al-Ghazali. Ayahnya
bernama Ahmad ibn Muhammad sebagai seorang faqih terkemuka, demikian
juga kakeknya, Muhammad bin Ahmad bin Rusyd al-Maliki adalah seorang faqih dan
hafidz terkemuka pada zamannya, di samping itu pernah menduduki jabatan qadhi
al-qudhat (hakim agung) di Andalusia. Pendahulu Ibn Rusyd ini juga menulis
pelbagai karya di bidang fikih. Bahkan, menurut Badawi, karya kakeknya masih
ditemukan satu juz dalam bentuk fatawa yang berupa manuskrip.[3]
Maka, wajar jika ada yang menduga bahwa karya Ibn Rusyd Bidayah al-Mujtahid
bukan karya sang cucu, namun karya sang kakek, atau bin Rusyd yang lain. Namun,
setelah kitab tersebut ditambah bab haji yang ditulis pada tahun 1188 M,
barulah diyakini bahwa karya tersebut ditulis oleh Ibn Rusyd sang cucu.[4]
Pendidikan
keagamaan yang diperoleh Ibn Rusyd diarahkan pada dasar-dasar fikih madzhab
Maliki sebagaimana para leluhurnya. Sedangkan dalam bidang teologi, madzhab
Asy’ariyah adalah paling dominan, termasuk ajaran yang dibawa melalui pengaruh
Imam Al-Ghazali.[5]
Beberapa ajaran dan pemikiran teologis Asy’ariyah juga tidak luput dari kritik
Ibn Rusyd. Dalam Ilmu Kedokteran ia belajar kepada Abu Marwan bin Juraiwil
al-Balansi dan Abu Ja’far bin Harun al-Tarajjali, seorang dokter resmi bagi Abu
Ya’qub Yusuf yang ketika itu menjabat sebagai gubernur di Seville.
Sedangkan
dalam bidang filsafat tidak diperoleh informasi konkret kepada
siapa ia belajar. Ada dugaan ia belajar kepada Ibn Bajjah, namun karena Ibn
Bajjah meninggal tahun 1138 M, berarti Ibn Rusyd baru berumur 13 tahun, masih
terlalu muda untuk belajar filsafat. Kedua, kepada Ibn Tufail, karena Ibn
Tufail yang memperkenalkannya kepada Khalifah Abu Ya’qub Yusuf. Namun, menurut
Urvoy, ketika berguru kepada Abu Ja’far Al-Tarajjali itulah, Ibn Rusyd belajar
kedokteran sekaligus filsafat.
Pada
tahun 1169, Ibn Rusyd diangkat sebagai qadhi di kota Seville, kemudian dipindah
ke Cordova pada tahun 1171. Dengan jabatannya itu, ia sering melakukan perjalanan
dinas dari kota ke kota lain, sekaligus sebagai sarana untuk lebih mengasah dan
mengoptimalkan daya suai dan daya apresiasi terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan. Pada tahun 1182, ia diundang ke Marakisy untuk diangkat sebagai
dokter istana menggantikan Ibn Thufail yang telah berusia lanjut. Tidak lama
kemudian, ia diangkat sebagai qadhi al-qudhat (hakim agung), sebuah jabatan
tertinggi di bidang hukum, yang juga pernah diemban oleh ayah dan kakeknya.[6]
[1] Al-Jabiri Abid, “Muqaddimah” dalam Ibn
Rusyd, Fasl al-Maqal, p. 5
[2] Urvoy, Dominique, Perjalanan Intelektual Ibn
Rusyd, (Surabaya :
Risalah Gusti, 2000) Cet. I. p. 29
[3] Badawi, Abdurrahman, Mausu’ah
al-Falsafah, (Beirut: Almausu’ah al-Arabiyyah li al-Dirasah wa al-Nasyr,
1984) Juz I, p. 20
[4] Renan, Ernest, Averroes L’Averroisme,
Essai Historique, (Paris: Calmann Levy Editeurs, 1972), p. 440
[5] Ibn Tumart, pendiri Dinasti Muwahhidin
adalah salah seorang murid Al-Ghazali, Lihat Mahmud Al-Aqqad, Ibn Rusyd,
p. 11
[6] Renan, Ibn Rusyd wa al-Rusydiyah,
p. 38.
[3] Ibn Rusyd, Risalah Al-Atsar
Al-‘Ulwiyyah, editor Jirar Jihamy, (Libanon: Dar al-Fikr al-Lubnani, 1994),
Cet. I, p. 48-54. Bandingkan dengan bukunya yang lain, Risalah al-Sama’
al-Tabi’i, terutama di pembahasan ke enam dan ketujuh.
[4] Ibn Rusyd, Al-Kasyf ‘an Manahij
Al-Adillah, op.cit, p. 152
[5] Qasim Mahmud, dalam kata pengantar buku
Ibn Rusyd, Mahahij al-Adillah, p. 27 Ibn Rusyd menyatakan: Fa ayyu
muqaranah yumkinu an ta’qida baina mitsli hadza al-dalil wa dalil al-jauhar
al-fard au dalil al-mumkin wa al-wajib, au ghairuhuma min al-adillah ghair
al-falsafiyyah wa al-syar’iyyah allati tunmi qudrah al-jadal duna an tusa’id –
bi halin ma – ala tahsil al-ma’arif aljadidah. Bandingkan dengan Dominique
Urvoy, Perjalanan Intelektual Ibn Rusyd (Surabaya : Risalah Gusti, 2000), cet. I, p. 72